Stroke
ultra pendek F1 V10 engine. Power 960 HP @19000 rpm, torsi 290 Nm
@17000 rpm. Torsi maksimum tercapai pada rpm sangat tinggi, F1 engine
tidak akan kuat mendorong mobil seberat 1000 kg ke atas kalau di putaran
rendah-tengah. Berat mobil Formula one hanya sekitar 500 kg (Formula1-dictionary.net)
Assalamu’alaikum wR wBTulisan
yang sudah ketinggalan rombongan sebenarnya tapi saya coba bahas lagi
secara singkat berdasarkan dari sumber-sumber yang ada. Mengingat isu
ini dulu jadi bahan bakar perdebatan para pemilik motor masing-masing di
blog yang sebenarnya ngak perlu juga.
Tiap
pabrik motor & mobil sudah punya alasan tersendiri terhadap
kendaraan produknya apakah konfigurasi penggerak klep dengan SOHC atau
DOHC. Demikian pula rasio bore x stroke apakah square, overbore atau
overstroke.
Engine high
revving performa tinggi untuk balap para ahli pasti sepakat akan pilih
oversquare (overbore) di atas square atau long-stroke (overstroke). HP
adalah fungsi dari torsi dan rpm maka semakin torsi puncak bergeser naik
pada putaran lebih tinggi semakin besar power yang di ciptakan. Sampai
kurva torsi menurun drastis akibat defisit airflow, maka HP akan ikut
turun.
HP = torsi x rpm / 5252.
Keuntungan overbore-short stroke ada beberapa faktor :
–
Syarat engine spin naik ke putaran tinggi adalah selalu terpenuhi
kebutuhan airflow melalui ukuran klep lebih luas. Semakin besar piston
makin besar pula valve area yang dapat dipasangkan. Memungkinkan airflow
masuk secara cepat ke dalam silinder pada putaran tinggi supaya
efisiensi pembakaran tercapai. Dalam putaran tinggi proses masuk airflow
dan keluar nya gas pembakaran ke knalpot harus cepat dan minimum
hambatan.
–
Letak antara bagian pinggir klep dengan dinding ruang bakar (combustion
chamber) dapat lebih jauh atau biasa disebut unshrouded valves.
Tujuannya mencegah turbulensi pada saat airflow melewati klep intake
sedang posisi open. Dengan itu airflow masuk dengan pola yang bagus,
maka kadar kepekatan udara/bbm tetap optimal.
–
Piston speed dapat jauh lebih lambat, tetap pada batas aman beroperasi
di putaran tinggi. Meskipun race engine mampu menembus kecepatan 26+
meter/detik. Hanya masa kerja sangat pendek kemudian perlu di bangun
ulang (engine rebuild) setelah beberapa kali race atau telah mencapai
jarak tempuh yang telah ditentukan. F1 engine masa kerja sekitar
menempuh jarak 800-900 km. Berlainan dengan engine performa tinggi jalan
raya direncanakan punya masa kerja yang panjang piston speed harus
serendah mungkin.
–
Short stroke jarak turun naik piston lebih pendek mengurangi gesekan
antara ring piston dan dinding silinder. Power yang tercuri akibat
gesekan (friction loss) itu dapat berkurang siknifikan.
–
Crankshaft stroke pendek berputar dalam radius lingkaran lebih kecil
hambatan udara dan juga gesekan dengan oli di dalam crankcase makin
sedikit.
Tapi ada
pertimbangan pabrik juga memakai square atau long-stroke terutama pada
motor atau mobil jalan raya. Secara geometri long-stroke akan
menyediakan keunggulan :
–
Piston speed yang lebih tinggi mempercepat airflow masuk ke silinder dan
gas hasil pembakaran keluar ke dalam saluran knalpot. Khususnya pada
putaran rendah, tekanan pembakaran (combustion pressure) akan efektif.
–
Connecting rod memutar crankshaft pin mirip dengan ketika memutar baut
memakai kunci. Makin panjang kunci maka akan terasa lebih ringan.
Demikian juga connecting-rod yang panjang memberikan upaya energi lebih
sedikit menekan piston memutar crankshaft. Engine overstroke dan square
punya keuntungan daya ungkit mekanikal (mechanical leverage) lebih
dibandingkan dengan engine overbore. Daya ungkit maksimum terjadi pada
posisi mulai 80 sampai 90 derajat rotasi crankshaft setelah titik mati
atas (ATDC).
–
Engine long stroke pada saat posisi di titik mati atas (TDC) piston akan
lebih lama berhenti, tidak bergerak terkunci secara mekanis, memberikan
waktu gas panas berkembang semakin kuat. Kemudian ketika bagian big end
connecting-rod yang terhubung dengan crank pin melewati TDC, piston
yang sedang dalam keadaan terkunci secara mekanis itu langsung terlontar
berakselerasi cepat akibat tertekan oleh energi panas yang semakin
kuat. Efek terkunci itu bersamaan dengan daya ungkit mekanis menyumbang
torsi kuat siknifikan.
–
Piston lebih lama berhenti di TDC akan meredam munculnya detonasi yang
sangat merugikan atau merusak. Karena pada posisi itu dimana tekanan
silinder (cyl pressure) semakin besar tapi tidak dapat menekan piston
kebawah karena sedang terkunci, hal ini meredam munculnya lidah api
(flame front) yang membawa detonasi atau ngelitik.

Ilustrasi engine square dan oversquare.
Hanya
long-stroke dan square punya keterbatasan yaitu revving tidak bisa
sekenceng short-stroke overbore. Panjangnya connecting-rod dan radius
jari-jari lingkaran crankshaft pin yang lebih lebar menyumbang berat
masa berputar resiprokal. Piston speed akan melewati batas zona aman
ketika spin semakin cepat.
Dari semua
itu memberi gambaran long-stroke atau square dipilih oleh pabrik untuk
engine beroperasi pada putaran tidak tinggi. Mobil sedan sebagian besar
aplikasikan long stroke atau square dimana dorongan torsi kuat
diperlukan mulai di putaran rendah. Kendaraan diesel adalah bentuk
efisiensi pembakaran optimal digabungkan dengan keuntungan daya ungkit
mekanis long-stroke. Efisiensi panas (thermal efficiency) pada angka 35%-40% dimana engine bensin hanya sekitar 25-30%.

Stroke panjang keuntungan daya ungkit mekanik pada sudut 80-90 derajat rotasi crankshaft setelah TDC.
Tapi bukan
berarti performa engine overstroke atau square ngak dapat digenjot ke
level berikut. Sejauh piston speed dapat berada pada zona aman engine
overstroke atau square DOHC-SOHC akan menciptakan performa yang mantap,
khususnya dorongan torsi pada putaran rendah-tengah. Apalagi dipasangkan
sistim variable valve timing mewujudkan torque & power band lebar
mulai rpm bawah sampai redline.
Dalam kasus Yamaha R15 SOHC yang dilengkapi VVA terlihat dari hasil dyno chart oleh Otomotifnet torsi R15 pada putaran 4000 rpm telah tercapai sekitar 12 Nm atau 95% dari torsi maksimum. Dimana CBR150R di 10.5 Nm dan GSXR150 sebesar 9.5 Nm.
Torsi kuat di putaran rendah menguntungkan saat stop n go dan menanjak.
Tidak perlu sering pindah gir bawah, downshift kalau mau menyusul
kendaraan di depan, cukup roll-on buka gaz.
Mobil-mobil
sport compact kebanyakan aplikasikan square engine seperti Honda Civic
Type R 2017. Engine K20 C1 turbocharged 2000cc bore 86 mm x stroke 85,9
mm, Maksimum power 306 hp @6500 rpm, torsi puncak 400 Nm @2500 rpm. Torsi kelas gajah tercapai pada putaran sangat rendah yang sanggup menekan kuat drivernya ke jok tiap kali gaz ditekan.

Honda
Civic Type R K20 C1 turbocharged 2000cc square engine. Torsi brutal 400
Nm tercapai pada putaran sangat rendah 2500 rpm. Power 306 Hp @6500
rpm.
Walhasil
stroke rasio punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Motor dengan
overbore engine akan sanggup berputar lebih tinggi membangun HP tapi
dengan kekurangan di rpm rendah dorongan torsi sedikit lemah. Square dan
overstroke engine revving tidak setinggi short stroke tapi punya daya
dorong lebih kuat di putaran bawah-tengah. Cocok di jalan raya yang
padat lalu-lintas, tidak perlu sering slip kopling dan revving ke
putaran tengah kalau ingin akselerasi cepat dari keadaan stop atau
downshift misalkan mau overtaking kendaraan. Tinggal pilihan
masing-masing cocok karakter engine yang mana, semoga berguna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar