
Assalamu’alaikum wR wB
Tergelitik bahwa P200NS dapat minum bbm RON 87, padahal CR-nya 11:1, kemudian ane coba cari informasi tentang bbm yang ada di India dan teknologi triple spark-nya P200NS. Ternyata RON minimal di india adalah 89-91, sedangkan diatasnya ada ron 93 dan 97 (http://en.wikipedia.org/wiki/Octane_rating). Tapi bukan masalah ini yg akan kita obrolkan, melainkan teknologi triple-spark nya P200NS yang mampu membuat mesin denga CR 11:1, mampu minum bbm ron 91 untuk menggapai kecepatan 151kpj (on speedo dengan perkiraan eror 8%). Juga mampu menjelajah harian 38kpl dan dibuat ngebut 32kpl (testimony : http://www.iamabiker.com/motorcycle-news-desk/2012/pulsar-200-ns-review-road-test/).
Ok bro kita mulai saja dari proses pembakaran di ruang bakar. Waktu pengapian busi dirancang agar pembakaran tuntas beberapa derajad setelah TDC, dimana diperoleh MBT (maximum brake torque) disekitar 10-20 ATDC

Jika terlalu maju (50 deg BTDC) maka tekanan pembakaran akan melawan gerakan piston ke atas (langkah kompresi), sedangakn jika terlalu mundur (10 deg BTDC) maka tekanan pembakaran akan sangat kecil dibandingkan yg seharusnya (power drop).
Akan tetapi terbakarnya campuran udara-bbm tidak berlangsung sekejab, melainkan menjalar dengan kecepatan tertentu, yg dipengaruhi oleh kecepatan rambat laminar maupun turbulen.

Dimana keduanya dipengaruhi oleh phi (AFR riil / AFR stc), tekanan dan suhu ruang bakar dan beberapa konstanta lain. Semakin miskin campuran, semakin dingin suhu dan semakin rendah tekanan ruang bakar, rambat pembakaran semakin lambat. Kombinasi lambatnya rambatan pembakaran, jauhnya jarak campuran (bore besar) dan cepatnya siklus mesin (rpm tinggi) mengakibatkan ada bagian yg belum terbakar (unburnt gas).

Pada siklus berikutnya unburnt gas ini dapat memicu self ignition (knocking), akibat tekanan dan panas yang meningkat di ruang bakar, sebelum tersulut pembakran yang normal. Dengan menggunakan busi lebih dari satu diharapkan jarak yang ditempuh rambatan api di ruang bakar terjauhnya “semakin dekat”, sehingga meskipun rambatan api melambat, akan tetapi pembakaran akan tetap sempurna. Seperti tampak pada gambar di bawah ini yang diambil setiap 10 derajat setelah pengapian. (a) single spark (b) twin spark.


Terlihat bahwa kesempurnaan pembakaran yang dihasilkan hampir sama, sehingga perbedaanya power yang dihasilkan tidak besar (untuk mesin alfa romeo 2000cc, hanya bertambah 10 hp). Akan tetapi pembakaran yang dihasilka lebih tuntas, lebih bersih dan unburn gas yg tersisa lebih sedikit, sehingga pada siklus berikutnya kemungkinan self-ignition semakin kecil dan CR mesin dapat ditingkatkan, dengan RON bbm yang sama, dan hasilnya adalah power lebih tinggi daripada mesin sigle-spark. Akan tetapi aplikasi twin-spark memiliki kelemahan, diantaranya adalah rumit dan biaya perawatan lebih besar.
Sampai di sini obrolan kita, mohon maaf kalo ada kesalahan, mohon bagi suhu2 yang lebih kompeten untuk menambhkan dan memperbaiki.
Wassalamu’alaikum wR wB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar